Minggu, 21 Oktober 2007

Road Trip

Road trip.. [RoaDNET v.2.0]

Around Djakarta in 2 hours

Dulu.. gw pernah baca sebuah buku karton bergambar tentang Zen.. yang ngejelimet

Yang menawarkan sesuatu macam pedang, baju zirah, pelindung kepala dalam Musashi. Jadinya lewat sebuah bentuk kenaifan semacam belajar mentato pada diri sendiri, here there are ...gw dalam pemikiran-lilin karet mainan-seragam merah putih, di pojokan baca Zen.

Alhasil dalam 15 menit disamping mencerna semua gambar-gambar karton yang lucu, tiba-tiba gw frustasi, karena di buku itu ga ada jagoan, yang ada cuman seorang tokoh yang konyol banget ..

Bayangkan selagi dikejar harimau… si tokoh itu turun lewat akar pepohonan ke bibir jurang, dari bawah ada ular merayap naik.. dan kemudian muncul tikus menggerogoti akar pohon itu. Dan si tokoh kemudian menikmati the moment dengan memakan buah cherry yang tumbuh di pinggir tebing jurang tersebut.

Well, back to reality.. kayanya sudah setua ini gw baru sadar akan maksud dan tujuannya. Dan setiap pagi, dan sore menjelang malam, gw terjebak dalam same old situation, same old shit, my old colleagues in XL used to say..

Terjebak di traffic..yang groovy kaya Trafficnya Tiesto.. yang bikin panas, dan gerah.. kaya triple Jack D Cola..

And di saat kaya gitu, Cuma senyumnya Candice - Metro TV, lagunya Buble, dan sticker2 di bumper yang bikin lo nyengir lebar dan forget bout the whole traffic shit, seakan ada di dunia lain.. your very own Shangrila..

Seperti ujian yang ngebetein, tapi kudu mesti dijalanin, so the same route ini gw jalanin dengan khidmad, dengan khusyuk.. dengan penuh penghayatan, sebuah ritual suci semacam pengorbanan gadis-gadis suci jaman dahulu di Angkor Wat.

Mungkin maksudnya di buku Zen tersebut adalah:

Perjalanan ini mengharuskan kita lebih bersyukur, lebih toleran, lebih menghargai sesama, dan lebih bersabar yang pasti. Di PD kemaren, gw disadarkan bahwa yang paling susah itu untuk bersabar dan tidak mengeluh, sulit sekali dilaksanakan di tengah traffic.. yang sangat cantik, apalagi juga bagi rekan-rekan yang berpuasa.

Sudahkah kita bersyukur?, it said once di bumper stiker. Wow, this one is deep. Keren. Yup, kalo mau luangin waktu disekitar kita, di our cursed highway masih ada banyak sekali yang less fortunate than us.. Atau bumper stiker yang cynical macam Yang Kere Lewat Jalur Kiri. Ouch, in your face O Neal... yup, nyindir telak bagi mereka yang berpikiran sempit, tapi engga sih buat yang berpikiran dewasa.

So, Jakarta, her names is what it means, ketika rutinitas mulai tercipta, perubahan besar ditimpakan lagi, on and on, seolah ga pernah capai memenuhi dan menguji seberapa besar cadangan devisa kesabaran dalam pundi-pundi jiwa kita. Sedemikian hingga kadang kita dipojokan ke dalam sebuah sudut dimana harimau mengancam, ular mengintai, tali hidup kita digerogoti, kalajengking merayapi tali. Tapi hey, siapa kita jika bukan merupakan manusia yang paling jago adaptasi dan melakukan playing tricks on minds, sedemikian hingga why dont we try to tricking our own mind?

Membayangkan, menghadirkan dunia subjektif kita sendiri, semacam TV dalam mobilnya menantu SBY. Jadi kita menciptakan our own shangri-la, ditengah traffic, ditengah bulan penuh krisis, di tengah ancaman konflik dengan Malaysia, di tengah Penertiban Umum, ditengah penghapusan Subsidi yang perlahan tapi pasti, ditengah konversi ga jelas yang maksain, ditengah sembako yang naik gila-gilaan menjelang Idul Fitri, sehingga at times, in times, kita bisa tersenyum, mentertawakan diri kita sendiri, dan bangga karenanya.

Karena secara langsung kita bisa menghindari, keributan dalam rumah tangga, kecelakaan lalu lintas, penurunan produktivitas kerja, dll

IF you can read this, means you are too damn close..

mmm.. yup di tengah panjang jalan raya yang ga sebanding dengan jumlah kendaraan, belom lagi dipotong oleh Jalur Busway yang bikin macet dimana-mana, maka sangatlah wajar dan manusiawi untuk mengutuk Jakarta, karena membiarkan warganya untuk tua di jalan, dan mempersempit kemungkinan interaksi antar manusia, dan bahkan kerukunan dalam keluarga, just because time is no longer on our sides, jika kita adalah kelas pekerja di Metropolitan ini.

Jadi untuk tetap sane, sober, dan stick pada tujuan kita. Menghindari fucked up officer yang mencoba mencari kesalahan kita, stupid bikers yang seenaknya motong jalan, God Forsaken Bajaj yang ngerasa keren kalo ga punya lampu rem dan memenuhi kaidah emisi gas buang, atau malah menghindari keributan, ketegangan yang ditimbulkan oleh campuran AC dan Karbonmonoksida dan kelelahan berjam-jam lembur dan radikal bebas yang menginvasi kulit dan menumpukan racun dan kotoran di wajah kita. Supaya kita bisa pulang dan menemui anak istri kita, keluarga kita, menyelesaikan presentasi meeting kita, masuk ke ruang kelas dosen killer kita, atau sekedar belanja di mall.

So.. ciptain your own Shangri-la.. sesimple itu.. tricking your minds..

Try to laugh on something funny yang happened arround us, dan kayanya sih.. sekali lagi,kita bisa menciptakan diri kita sendiri yang lebih baik, menyimpan puluhan jam tambahan dalam jam kehidupan kita, dan membayar apa yang CINTA telah lakukan di dalam kehidupan kita..

Ujan

Ujan..

Pulang dari bandung, keringetan panas bangets ya Jak Town ini.

Duwh, buka jendela.. lebar-lebar, trying to let the Good Mood in, instead of sucking the FAKE air again..

Dan dia datang, perlahan pertama-tama, lewat tiupan yang membelai wajah, satu persatu... satu.............persatu................................

Dan beramai-ramai

Mengetuk daun, rumput kering, kotoran kelinci yang telah jadi pupuk, mobil yang sedang merumput setelah lelah mengangkut manusia Jakarta yang selalu haus akan sepenggal warna berbeda dalam penanggalan Romawi.

Goyang pepohonan, yang meliuk-liuk dalam orgasme rintihan curah hujan. Dan bau freshly rained soil, yang khas membakar bagian otak yang mengurusi soal memory..

Dan aku menyambutnya dengan senyum...