Jumat, 30 November 2007

borobudur

kalo bicara soal borobudur, ditanya ke anak sekarang, di kota gw kecil dulu, langsung pada nyamber dan bilang bahwa borobudur itu departement store.. huehuehuhe

yup, pengen bener pergi ke sana.. and waking up feels like brand new.. nah yang ini speaking bout the temple, yang kalah dan ga masuk ke 7 keajaiban dunia baru.. hmmm..
(pls tell me, have I win something lately?? anything?? )

nah, Borobudur yang sekarang ini, we are talking bout the Hotel.. yup di deket lapangan banteng, tempat ngumpulnya anak-anak Rabbit Care Club kemaren..

masuk ke cerita:
Today...
sabtu.. tetep kebangun kaya biasa.. minum kopi yang sedikit lebih banyak dari biasa..
bete.. dan pergi ke kantor
as always, boss is always right, eh late maksudnya.


-----waiting------------waiting-----waiting--------------------

sejam yang membosankan, dan melihat dengan pandangan kasihan pada mereka yang spending entire Saturday doing business this and that. padahal gw juga begitu..

akhirnya pergi juga.. keliling-keliling kota.. bla bla bla (ngecap sono, bluffing sini, bullshitting sana)

dan ended up di lobi hotel bernama BOROBUDUR..
at last ada satu hal yang menyenangkan dari sebtu ini (baca: sabtu) ini, yaitu..
nongkrong di Bogor cafe, yang terkenal akan sop buntutnya..

order this, datang sop buntut goreng, yup large portion indeed
enak juga, sehabis capek..
bikin sedikit berkeringat, but..

liat kiri, kanan..
Borobodur siang ini penuh bener, bahkan ada beberapa tamu yang kecewa, dan beberapa order untuk makan sorenya..

oke, ini adalah saat makan siang, the hell with five star courtesy..
jadi langsung gw cabik-cabik dengan garpu lima jari gw, huehuehu

jadi inget akan sop-sop buntut sebelumnya yang telah hadir dalam kehidupan gw..
sop buntut goreng - Bakudapa
sebelah Santa Fe... atau bubur ayam Menado disana
good to relieving hangover after all night partying..

Biasanya gw, selalu dengan over mannered attitude, gw akan nunggu sampai yang lain selesai biar bisa barengan selesai, but..
kali ini, somehow, gw males berattitude ria..
i finished first, dengan kegembiraan Valentino Rossy menembus garis finish.. tangan teracung dan senyum puas, atau acungan jempol ke kamera televisi..

dan langsung head out to some lavish toilet near by.. to give myself a big grin..


BOROBUDUR Sop Buntut Goreng = 8 out of 10..
still Bakudapa got my 1st choice...

Minggu, 18 November 2007

Usual Saturday

Sabtu.. just laid back, enjoy the scenery, grab anything yang bisa dibite, dari one J-co donuts to one pack of roasted peanuts. Ngeliat kehancuran para “kritikus” MTV yang gagal meramalkan Britney yang sampai pada Top 1 chart, dan powered on your lappie.

Dari sekian banyak Sabtu yang ga bisa begitu menimbulkan kesan, selama belasan tahun yang well spent di island of surf and small Bintang, kayanya malah jadi sebuah kesan tersendiri, how come not even one single Saturday eve yang meninggalkan sebuah scratch di milestone kehidupan gw ya?

Yup, ada banyak yang bisa gw recall, seperti ada passion, ada spirit, ada love, ada hatred, ada fight, ada betrayal, ada back stabber, ada ujan..

But masih belum ada yang dapat dijadikan sebuah scratch even a slightest.

Well, maybe my life belum segitu berwarna..

...

Oya, maybe ini adalah rainy season pertama dalam jejak langkah hidup aku yang aku lewati tanpa cigarettes, mm sekalipun belakangan ini jadi tambah berat to live without one. Specially those w-end yang kamu lewati dengan playing some strategic stupid games, listen to mellow songs, and just write and read, enjoying the scenery, the nature, plus one cupfull of black hot coffee..

Feels like deja vu all over again, mungkin engga ada Sabtu yang berkesan dalam hidup gw, not any particular Saturday, but any God given rainy season always leaves a mark, maybe not bruised and restrained memories, or angelic one, but still..

Some say, happiness is a choice, yup maybe hari ini gw choose to be happy

After all, gw selalu bilang, bahwa life is a matter of process, (movement artinya dalam bahasa latin), perubahan, perjalanan dari satu A menuju B, dan hidup Cuma sekali, dan If we can CHOOSE to Be HAPPY, why must we choose Otherwise?

Dulu juga gw selalu bilang Live Happy or Die Trying, tapi sekarang sih dengan tegas gw akan bilang bahwa Live Happy, Under God, and Love.

And so i rest the urge for a perfect weekend or happiness, just surrender to the love, and where it would taking me..

To the ocean, to the limitless sky, to the eternal life...

Minggu, 11 November 2007

Retreat.............





retreat...

di tengah weekend yang mahal, buat some of us, so called professionals, waktu yang mahal buat di spend buat diri sendiri, buat yourself, buat refleksi dan evaluasi apa yang telah terjadi selama seminggu kemarin..

ada sebuah peluang untuk refresh di sebuah tempat bernama Wisma Anugrah, di Gunung Putri Bogor.

altough the result is quite different from what i expected. On the holiday point of view, the retreat was average. and on Spirit building point of view, below average.

oya above adalah view dari kamar gw.. 201 lantai 2 yang menghadap ke lembah, saat pagi hari, saat gw mulai skipping acara-acara, termasuk lari pagi jam 5 subuh? huehueuhe get real, who are you kidding? hihihih..

ga sempet taking much pictures, karena males bolak balik naik tangga, apalagi after ngeliat FUJI SLR 16 juta yang dipake your roommate.. mmm, jadi ga niat foto-foto.

anyway, kalo dah dapet sharing foto-fotonya akan gw posting lagi deh..

Jumat, 09 November 2007

achtung.. ngedumel

achtung.. ngedumel

[soundtrack: rum raisin chocolate ice cream]

Yup..



Kondisi: abis ujan, overwhelming feelings that beats orgasm :)



Ok.. lets begin..



Belakangan ini gw dipenuhi oleh rasa muak, karena di belejeti oleh statistik. Eneg yang membuat your inside organ jumps into your throat. Get sick sama orang-orang munafik, dan back stabber, yang banyak mulut cuap cuap soal demokrasi, tapi takut sama nasi di piring, dan punya mentalitas birokrat dan tentara, atau get sick sama orang-orang yang sebenarnya “ga berkemampuan”tapi boasting around, kaya mereka yang own the world. Tapi itu sih menjadi biasa, ketika belakangan ini, dimulai dari aksi-aksi anti globalisasi di bali sono, sampai kemarin-kemarin ini.



Yup, kebencian yang bukan rasis, tapi memang sih melakukan pendekatan terbalik dalam generalisasi, tapi memang menjadi semacam kenyataan bahwa bangsa kita sebenarnya masih terjajah secara mentalitas, huehuheuh ga perlulah ngutip Gramscy, yang bukunya dicuri orang-orang yang melakukan praktek dominasi dalam kehidupan mereka sendiri, tapi sekali lagi jadi eneg karena statistik membuktikan bahwa kita masih belum mampu untuk berdiri sendiri, masih terlalu kagum sama expat-expat, masih belum percaya pada kemampuan generasi muda, unless mereka lulusan “luar negeri” sekalipun di nagri orang tersebut, mungkin masuk di kampus unkown, with GPA zero point to four, or even jadi eXtacy dealers, tapi once go back to these islands we called nation, than peoples starting to respect them, kaya di film idiocracy, orang yang paling bodoh tend to idiot ternyata di future jadi yang paling pintar karena di future semua kemampuan otak manusia lebih turun lagi, (watch KORN clips and laugh your heart off or even watch IDIOCRAZY ).



Ga hate kaya lagunya NOFX, tapi just hate the way they present themself, and more to ourselves, who always positioned ourselves below em.



Aku pernah baca bahwa Dulunya peradaban itu actually di mulai dari Timur, dan kemudian dijarah dan dikembangkan oleh Barat, tapi kenapa hingga sekarang ini, in this part of Eastern society, belum adanya perkembangan-perkembangan yang berarti, bahkan we, our peoples, menjadi below them secara nyata lewat buruh-buruh migran, bahkan hingga ke negara serumpun kita.



Sambil merenungi hal ini gw coba berjalan, ada lagu Starlight dari Muse di earphone gw, dan sampailah di Pom Bensin Shell, yang bersih, dan ramah, dan start from zero counter, dan ngisi angin ban gratis. Memang ironis, setelah pom bensin Belanda ini mulai merambah dengan unjuk gigi profesionalismenya, maka barulah Pertamina kebakaran jenggot, dengan program pasti-pasnya.. Singkat cerita, gw isi bensin, dan membayar sesuai dengan yang diisi dan dimintakan dan diluar pecahan bulat, maka gw menggunakan uang receh 500 rupiah. But tanpa disangka penjaga pom bensin Shell, memberikan senyum sinis, sambil menerima uang tersebut. Aku garuk-garuk kepala dan langsung pergi dari situ sambil membuat mental note.

(mungkin to compete langsung ga berhasil, maka our nation melalui our peoples akan mencoba merusak sikap profesionalisme perusahaan asing yang notabene true, hmmm)

Away from Shell, menuju sebuah counter pulsa, ini adalah counter diluar counter resmi perusahaan telko tersebut. Ketika menerima kembalian, tanpa pikir panjang gw langsung bilang terimakasih dan pergi, ga taunya dengan sangat tidak ramah, si penjaga toko marah dan bilang bahwa kembaliannya lebih. WTF, its your F@cking Fault..!! no wonder.. ckckck, jika mau jadi petty borjuis, be a good petty borjuis, watch and learn.. FYI Customer is A KING!!!



So, berbekal 2 experiences itu, gw langsung pulang, merenung bentar sambil menyeruput my evening coffee. Dan ada berita soal BULLYING dan GENG MOTOR yang baru muncul lagi belakangan ini. Halah, duh generasi muda kita, apakah mereka juga sudah “menjajah” pemikiran generasi muda kita lewat film-film itu?



SO maybe, perlu ada sebuah perubahan sikap mental yang luar biasa, yang lebih dari sikap profesionalisme yang kerap didengungkan itu., untuk membangun our nation, our country. Dan ada yang berasa hilang di bagian tubuh gw yang bernama hati, karena untuk sekali ini, gw percaya statistik, dan bahwa akan sangatlah sulit bagi kita untuk berdiri sejajar dengan “mereka” oknum bangsa-bangsa asing, karena dari sikap mental massa akar rumput kita hingga keluarga-keluarga kita, masihlah punya mentalitas feodal, yang kata Gandul, merupakan warisan Orde Baru juga.

So jadi mungkin, Orde Baru dan keluarga-keluarga penghamba bangsa asing itu memang ga pernah intended untuk menjadikan kita bangsa yang maju??



Aku berpikir sambil geleng-geleng kepala dan menyeruput kopi hitam produksi asli bangsaku..

Minggu, 04 November 2007

Road Block..

Road Block

Anger ..hostility towards the oposition (RATM-Anger)

Quite surprising, buat aku, yang merupakan bagian dari Old Skool Family di Indo ini, bahwa ternyata masih terdapat dan (banyak) terdapat nilai-nilai lama yang dianut dalam keluarga di Indo.

Dan sialnya, nilai-nilai lama itu adalah nilai yang negatip. Yang benar-benar mencerminkan kediktatoran keluarga masa lampau, yang begitu berkuasa atas hidup dan matinya si anak, dan seolah mengetahui batasan yang jelas antara baik-buruk, benar-salah, dan neraka-surga.

Pemberontakan di kampus-kampus di Prancis sono dulu jaman 60’an, hingga Gerakan Yang Katanya Gagal 98 di Indo, pernah dilakukan sebuah penelitian yang akhirnya menyimpulkan bahwa rata-rata mahasiswa yang terlibat aktif di gerakan tersebut, menentang kediktatoran orang tua mereka pada mulanya.

Nano Technology, Fiber Optic, Bush is a liar, ternyata tidak semata-mata menjadikan millenium ages ini kemajuan bagi beberapa gelintir mereka yang hidup di jaman batu kemajuan teknologi informasi.

Seperti ruang-ruang tengah jam 4 sore di Yaman Selatan, dimana dominasi kaum laki-laki yang bersantai dan menghisap shisha, begitu kental disegala pelosok, sedangkan kaum wanita berada di belakang, terpinggir, dan terlupakan, terpanggil hanya ketika diperlukan untuk melayani. Demikian juga hal yang gw termui dalam sebuah sosok keluarga di sebuah kota di republik ini.

Sedemikian hingga jika wartawan Jakarta Post yang ngeliput Yaman itu menemui keluarga inipun dia akan terhenyak, karena stone age masih ad di bumi manusia ini.

Kekentalan nilai budaya warisan leluhur yang sangat dibenci para tokoh Pergerakan Indonesia. Nilai budaya warisan leluhur yang sebenarnya merupakan nilai-nilai pembodohan bangsa, warisan kolonial, atau bahkan warisan jaman kaisar dulu di China. Ada banyak sekali pembahasaan yang dapat kita salin di sini, mengenai sebuah kata yang sama yaitu “pembodohan terstuktur.”

Karena: Kaisar atau kerajaan puritan China, Orde Baru, Rejim Korea Utara, Stalin, Para bangsawan dan kardinal Geraja Katolik Abad Pertengahan, hingga orang-orang bule pertama yang menginjakkan kaki di bumi para Indian, menggunakan bahasa ini, menciptakan warisan leluhur, adat KeTimuran yang tolol, hidup untuk Surgawi, Hidup untuk Pemimpin Tertinggi, dan yang lain daripada itu disebut heretic, menyimpang, subversif, hingga kontra revolusioner.

Dan herannya, dengan loyalitas yang hampir sama ga masuk akalnya dengan kesetiaan para prajurit Jepang yang bertahan hidup di Hutan Kalimantan, 20 tahun setelah Hiroshima dan Nagasaki, dan yakin bahwa the war is not over, masih ada di jaman serba cepat, di jaman ketika milyaran dollar dapat berpindah dari satu negara ke negara lain, atau dari produk dan perusahaan ke barang dan jasa, dan perusahaan lainnya dalam hitungan detik, di jaman ketika, ada beberapa jet yang melebihi kecepatan suara, di jaman Smart Phone, di jaman dimana petani teh sudah mengunakan fasilitas internet, masih ada keluarga-keluarga terbelakang jaman batu yang memikirkan how to safe their own ass, how to build their family fortune based on trickery, how to press your children to become your moneymaker, even if it means to sell them, and forced them to work in sweat shop factory.

Forget China, dengan buku-buku Inside Beijing or so, yang menggambarkan kebobrokan dibalik kemegahan Beijing, Forget India, dengan child labornya, Forget Thailand dengan sex under agenya. Indonesia tetap ga luput dari yang namanya sebuah usaha kebodohan terstruktur yang seharunya telah selesai diperangi jaman Soekarno dulu, or pupus dengan sendirinya dengan kemajuan Teknlogi Informasi.

Dulu, jika tidak dengan semangat yang tinggi untuk memerangi pandangan masyarakat mengenai kehidupan di surga, pada Jaman Kegelapan, maka Renaissance di Eropa ga akan pernah terjadi.

Jika tidak dengan sebuah revolusi at all costnya Mao, dengan Gerakan Jauh ke Depan, dan Revolusi Kebudayaan yang keji, maka Opium masih sangat menghancurkan China, dan budaya leluhur yang bodoh masih akan hidup di rumah-rumah di China.

Jika tidak dengan semangat ga kenal lelah, ngelupain kuliah, dibenci orang tua, dicap mahasiswa pembangkang, maka Orde Baru masih tetap berkuasa.

Maka dengan semangat yang sama, seharusnya pembodohan, ketololan, penghambaan kepada modal asing, dan kemampuan intelektual Expatriat, dapat diatasi.

Penghambaan kepada devisa, yang seharusnya vice versa di berikan dengan penghargaan kepada para Buruh Migran Indonesia, tidaklah dilakukan.

Pencucian otak bahwa engga ada cara lain selain ngejual pariwisata, exploitasi alam dan budaya hingga titik nadir, penjualan anak-anak dan perempuan belia di tempat-tempat obral seks di lokalisasi yang berhubungan dengan expat dan para turis tersebut. Tengok Pelabuhan-pelabuhan di Papua, tengok kost-kostan anak-anak perempuan belia peminta-minta di Kuta Bali, tengok lokalisasi di Sanur, Batam, Dolly, dan banyak lagi, seharusnya dihapuskan dari bumi manusia kita tercinta ini.

Ada apa ini?

Jika permasalahannya dapat ditelusuri hingga ke akar yang terdalam, dimana root ini tercipta yaitu di keluarga, maka seharusnya para kepala Keluarga yang TIDAK berhasil menanamkan nilai-nilai luhur SELF RESPECT, BERDIRI PADA KAKI SENDIRI, dan SEMANGAT BERKETUHANAN seharusnya di Tembak mati. Dengan 32 team penembak jitu, atau malah dipenggal, darahnya digunakan untuk mencuci bukit, tubuhnya jadi makanan burung pemakai bangkai, dan kepalanya dikecilkan dan digantung di tombak-tombak sebagai bukti orang-orang gagal yang merusak bangsa! (dapat ide dari Apocalypto hueheuhe)

Keluarga-keluarga yang tidak bisa menciptakan sebuah iklim kasih sayang yang ternyata telah terbukti making the world goes round, seharusnya dikirim ke kamar gas berisi belasan pitbull dan roh tertawa, karena mereka secara ga langsung telah berperan dan punyal andil dalam kehancuran puluhan juta generasi penerus bangsa kita ini,karena tidak mengajarkan kasih sayang, adalah notabene mengajarkan kebencian, mengajarkan korupsi, perampokan, pemaksaan, pemerkosaan, pemerasan.

Jika hendak membangun Indonesia, menjadi bangsa yang perkasa, bangsa yang mampu adapt, yang mampu bertahan di tengah gempuran globalisasi dan modal asing, bangsa yang dapat survive melewati this millenium age dengan mulus, dan engga berdarah-darah, maka BANGUN DULU KELUARGA-KELUARGAnya..

BASMI PEMBODOHAN DAN PAHAM LAMA

PRIORITASKAN PENDIDIKAN dan PENGAJARAN KASIH SAYANG

Maka niscaya, kita dapat menuju ke arah tujuan akhir pembangunan yang kita dah eneg dicekokin dari SD hingga semester I kuliah.

BERANTAS KELUARGA-KELUARGA BODOH!!

HENTIKAN PENGHAMBAAN TERHADAP BANGSA DAN MODAL ASING!!

Jari tengah buat kalian, kutempuh jalan yang sama saat kalian mengancam kami..!

Kamis, 01 November 2007

self motivation

Self Motivation

apakah kamu punya keinginan untuk kaya?
apakah kamu telah melakukan suatu usaha untuk mewujudkannya?
apakah kamu telah kaya saat ini?

Begitulah cara Ahira mengajak masyarakat untuk menjadi kaya. Menjadi orang yang sukses dalam bidang usaha, apapun usaha itu. Ngga salah jika dia dianggap sebagai internet marketer. Ahne Ahira mulai menjalankan usaha di Asian Internet Bussines School hanya untuk membuat orang Indonesia kaya. Menjadi pembicara seminar di mana-mana tanpa dibayar sepeserpun, kecuali dipanggil oleh orang luar negeri.

Dia jelas merupakan orang Indonesia yang sukses dan ingin mengajak warga lainnya meraih kesuksesasn seperti dia. Tapi gwa yakin kalo dia sebenarnya juga bukan orang sepenuhnya perduli dengan kemiskinan. (Gwa ngga pernah melihat dia jadi relawan ato donatur di bencana alam yang nota-benenya selalu nyerang orang miskin).

Ngga gwa ngga akan nulis tentang orang miskin sekarang. Capek! Tapi juga ngga bakal nulis tentang orang kaya. Untuk kalimat yang terakhir karena gwa ngga pernah ngerasainnya. Makanya gwa ngga berani, takut salah tulis. It is just kidding Bro! What do you thing else, if you don't want to be rich! You was unussually people.

Untuk kali ini gwa mau cerita tentang internet. Ini hanya gwa pernah menjadi karyawan di warnet saja, makanya gwa mo nulis tentang dunia maya. Hanya semacam pengalaman yang sebenarnya bisa dibagi-bagikan ke setiap orang (termasuk kamu yang sedang baca) sebagai sebuah informasi yang kayaknya memang patut untuk dicoba. gwa yakin internet adalah salah satu cara yang paling efektif di antara yang lainnya. Sebuah cara untuk maju dan meraih kesuksesan.

Nyambung ama tulisan tentang musik di edisi 2, "jakarta ato tidak sama sekali" bahwa kesempatan untuk berkaris di dunia musik dan eksis di dalamnya tidak harus melewati industri musik ibukota adalah hal yang mungkin. Lewat internet, para musikus (non meanstrem) bisa mewujudkannya.

Gimana caranya? yup kali ini gwa mo menjadi Ahira meski sebenarnya gwa hanya mantan operator warnet. It's not problem. Don't look a book by cover, jangan lihat siapa yang bicara tapi perhatikan apa yang dibicarakannya. Ngena ngga pribahasa itu. i hope you understand what i mean. couse this is importent. Bagi yang ngga percaya boleh nyoba dan boleh juga ngga nyoba. semua terserah anda. yang ini lebih gratis dari Ahne Ahira. Udah ngasih informasi, gwa harus ngedanain media yang gwa sebarin ini, dan kamu tinggal ngebacanya. But it's not a matter. Hoping of mine, you just reading this fuck shit zine and i will glad. Money not enough to make me happy.

Gini caranya. ngga perlu kamu datang ke Jakarta, kalo musik kamu pengen didenger oleh banyak orang ato sampe akhirnya dibajak (padahal orang stress kalo dibajak, gwa malah ngehargai pembajakan. Biar subur kata pak tani.) Gampang, buka situs www.multiply.com. Daftarin diri, jadi member, udah tinggal upload tuh musik yang udah kamu bikin. Gwa yakin kalo kualitas musik kamu bagus, pasti bakal didownload orang-orang dan disebarin ke lainnya. kalo perlu kasih tulisan (narasi) tentang jenis dan tema musik kamu.

kalo ngga puas hanya di dalam file .mp3, kamu juga bisa ngemas dalam bentuk klip. Anak perusahaan Google telah menfasilitasinya, namanya YuTobe.com. Perusahaan search engine paling wahid di dunia ini membeli, situs ini hanya untuk menampung kreativitas video visual dalam jenis apapun, salah satunya musik. Bahkan ada semacam tim penilai online tentang klip-klip yang terbaik. Hal itu bukti kalo sebenarnya internet juga merupakan salah satu cara untuk tidak membuat kita (musikus) tergantung sama Jakarta. Kalo tidak menjadi artis, paling tidak karya kita udah didenger di seantero jagat. Menarik ngga?

Yakinlah masih banyak cara untuk tidak berbondong-bondong ke Jakarta (terlalu ngeri,banyak preman di sana). Jakarta sudah terlalu sumpek dengan urusan macet dan demo yang ngga jelas (apa yang mo didemo dan apa yang mo diperjuangkan, siapa yang mo dibela dan siapa yang mo dimenangkan). Jakarta terlalu politis, tapi tidak dalam mainst politik yang terdidik. Kampungan kayak tukul. Katro kaya pepy dan ngatini yang seneng banget mamerin paha dan tetek di depan para audiense dan kameramen 4 mata.(untuk Vega -ngatini-, Swear elo ngga cantik! ngga bisa bikin gwa konak.)